Beranda | Artikel
Upaya Perbaikan Umat
Selasa, 12 Juni 2007

UPAYA PERBAIKAN UMAT

Oleh
Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah

Segala puji hanya milik Allah l Rabb semerta alam dan kesudahan yang baik hanya bagi orang-orang yang bertaqwa.

Sholawat dan salam yang sempurna, semoga dicurahkan kepada hamba dan RasulNya Muhammad bin Abdullah, keluarga dan para shahabatnya serta orang yang menempuh jalannya dan mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat nanti.

Bahwa masyarakat dewasa ini sangat memerlukan perbaikan, baik masyarakat Islam maupun non islam. Namun secara lebih khusus masyarakat Islam amat sangat memerlukannya agar mereka berjalan diatas manhaj yang lurus, mengupayakan setiap faktor, sebab dan sarana yang dengannya dapat tercapai kebaikannya. Hendaknya mereka menempuh jalan yang telah ditempuh oleh manusia terbaik dalam uamat ini, kekasih dan pilihan Alla Yang Maha pengasih, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Telah diketahui bersama bahwa faktor-faktor yang menunjang upaya perbaikan masyarakat Muslim dan non muslim adalah yang telah diupayakan oleh imam para Rasul dan penutup para nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , juga oleh para shahabat beliau yang mulia terutama para khulafa’ Ar-Rasyidiin Abu Bakar as-Shiddiq, Umar Al-Faruq, Usman Dzun nurain dan Ali Al Murtdla Abul Hasan dan seluruh para shahabat yang lainnya kemudian para tabi’in yang telah mengikuti mereka dengan baik. Semoga Allah menjadikann kita termasuk orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Sebagaimana dimaklumi pula bahwa faktor-faktor tersebut telah diterapkan pertama kali di Makkah kemudian di Madinah. Sementara tidak akan baik kondisi umat yang akan datang kecuali dengan menjalankan apa yang telah diperbaiki orang-orang terdahulu dari umat ini. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh para ulama ahli ilmu dan imam semisal Imam Malik bin Anas Imam negeri Madinah dizamannya, seorang ahli Fiqh yang masyhur dan salah satu dari imam-imam mazhab yang empat. Kalimat ini diucapkannya dan diterima oleh para ulama’ di zamannya dengan menyepakatinya bahwa.

لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا

Tidak akan bisa memperbaiki kondisi orang-orang yang datang kemudian dari umat ini kecuali dengan apa yang telah memperbaiki kondisi orang-orang petamanya.

Ungkapan ini memberikan sebuah pengertian bahwa yang telah menjadikan mereka baik adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Itulah yang dapat memperbaiki mereka sampai hari qiamat.

Maka barangsiapa yang menghendaki perbaikan bagi masyarakat muslim atau yang lainnya di dunia ini tanpa menempuh jalan, faktor dan sarana yang memperbaiki generasi pertama berarti ia telah keliru dan berkata tanpa hak. Karena tidak ada jalan lain kecuali itu.

Dengan demikian segala upaya yang dilakukan untuk memperbaiki dan menegakkan manusia diatas jalan yang lurus hanyalah dengan menempuh apa yang telah diperaktekkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat beliau dan orang yang mengikuti beliau dengan baik sampai hari ini. Yaitu upaya untuk mencurahkan segala perhatian kepada Al-Qur’an yang mulia dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mengajak manusia kepada keduanya. Berusaha untuk memahami kandungannya dan menyebarkannya ditengah-tengah masyarakat dengan ilmu dan pandangan yang benar (basshirah). Menjelaskan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah berupa hukum-hukum dalam aqidah yang benar yang merupakan landasan yang sangat mendasar. Juga menjelaskan segala yang diharamkan Allah yang harus dihindari dan diwaspadai oleh masyarakat Islam, serta batasan-batasan Allah dan RasulNyayang telah ditetapkannya sehingga berhenti padanya. Sebagaimana firman Allah.

تِلْكَ حُدُوْدُ اللهِ فَلاَ تَعْتَدُوْهَا

Itulah larangan-larangan Allah maka janganlah kalian mendekatinya [Al-Baqarah 187]

Hududullah yaitu hal-hal yang diharamkan, yang dilarang untuk mendekatinya dengan melakukan perbuatan maksiat. Sebagaimana Diapaun melarang bersikap melampaui batas terhadap batasan-batsan yang telah ditetapkan Allah dalam ibadah yaitu kewajiban yannng diharuskan atas mereka berupa segala ritual keagamaan dan hukum-hukum ketetapannya.

Pekerjaan pertama yang dilakukan Rasulullah dan dasar pertama yang digariskan adalah mengajak manusia kepada tauhid dan ikhlas dalam beribadah semata-mata untuk Allah. Inilah pekerjaan pertama dan asas pertama yang dibicarakan dan di dakwahkannya yaitu mengajak manusia kepada tauhid dan membimbing mereka akan seluk-beluknya.

Kalimat yang menunjukkan pada tauhid LAAILAHA ILLALLAH (tiada sesembahan yang hak kecuali Allah). Inilah asas yang sangat kokoh disertai persaksian bahwasanya Muhammad Rasul Utusan Allah. Inilah dua asas dan dua pangkal yang sangat urgen. Keduanya merupakan asas Islam dan landasan pokok bagi sebuah upaya perbaikan umat ini. Barangsiapa berpegang pada keduanya lalu istiqamah diatasnya dalam beramal, berilmu, berdakwah dan bersabar niscaya segala urusannya akan menjadi lurus dan dengannya Allah akan memperbaiki umat ini, sesuai dengan kesungguhan, kemampuan dan uapaya-upaya yang dilakukannya. Sebaliknya, barangsiapa menyia-nyiakan keduanya atau salah satu pokok ini niscaya dia akan sia-sia belaka dan akan binasa.

Ketika Allah mengutus nabiNya dan menurunkan Al-Qur’an, yang pertama kali turun padanya adalah IQRA’ (bacalah) kemudian Al-Muddatsir orang yang berselimut), maka bangkitlah beliau untuk memberikan peringatan kepada manusia dan mengajak mereka kepada tauhid serta mengingatkan mereka akan adzab Allah k sembari berkata.

قُوْلُوْا لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ تُفْلِحُوْا

Hai kaumku, katakanlah LAAILAHA ILLALLAH (tiada sesembahan yang sebenarnya kecualii Allah), niscaya kalian akan beruntung.

Maka orang-orang musyrikin merasa angkuh lalu megningkarinya. Karena hal ini bukanlah tradisi mereka dan tidak pula dikenal atau diketahui dari nenek moyang mereka sebelumnya. Oleh sebab itu mereka mengingkarinya dengan mengucakan,

أَجَعَلَ اْلأَلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌ

Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu sajaSesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. [Shaad : 5]

Merakapun berkata.

وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ

Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” [As-Shoffaat : 36]

Sebelum ayat ini Allah menjelaskan.

إِنَّهُم كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:”Laa ilaaha illallah” (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata:”Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” [As-Shoffaat : 35-36]

Lalu Allah membantah mereka dengan firmanNya.

بَلْ جَآءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ

Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan raul-rasul (sebelumnya). [As-Shoffaat : 37]

Disebabkan sikap meremehkan yang muncul dari para ulama’, penuntut ilmu, dan tokoh-tokoh Islam yang faham terhadap tauhidullah, disebabkan sikap menggampangkan pokok yang paling mendasar ini, maka bertebaranlah kesyirikan pada banyak negeri kaum muslimin, kuburan dan penghuninya disembah selain Allah serta banyak banyak pribadatan yang dipaingkan kepada mereka. Ada yang berdo’a kepada kuburan, ada yang berdo’a kepadanya agar terlepas dari kesulitan yang dihadapinya, ada pula yang bernazdar untuknya dan ada juga yang meminta bantuan darinya. (Apa yang mereka lakukan terhadap kuburan) sama kondisinya dengan yang pernah dilakukan oleh kaum Quraiys pada masa jahiliyah terhadap berhala “Uzza” atau selain Quraisy terhadap “Allata dan Manat” serta berhala-berhala lainnya. Dan sama hal dengan perbuatan kaum musyrikin disemua tempat dan zaman terhadap patung dan berhala mereka dalam pengagungan do’a, memohon pertolongan ketika dalam kondisi kesulitan, bertamassuh (mengusap dengan tangan agar memproleh barakah), bertabarruq (mencari barakah) dan meminta bantuan.

Ini adalah makar dan tipu daya syaithan. Ia sangat giat dan antusias untuk menyingkir manusia dari aqidah dan agama mereka serta menjauhkan mereka darinya dengan berbagai macam cara.

Oleh sebab itu wajib bagi para penuntut ilmu agama yang mana mereka menjadi harapan ummat ini –sesudah Allah Subhanahu wa Ta’ala – dalam memegang tampuk kepemimpinan dimasa yang akan datang daan sebagai generasi esok. Dari universtas manapun mereka menamatkan studi, hendaknya mereka membawa bahtera ini dengan hikmah, penuh keikhlasan dan kejujuran. Hendaklah memperhatikan asas tersebut danmengetahui akan pentingnya faktor ini yang garus menjadi pusat perhatian. Sementara faktor-faktor yang lain hanya sebagai penunjang yang mengikuti dibelakangnya. Yaitu Memfokuskan perhatian pada tauhidullah dan mengikhlaskah ibadah hanya untuk Allah. Demikian juga memperhatika keimanan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. beliau adalah benar-benar rasul (utusan) Allah. Kewajiban kita, mengikuti dan berjalan diatas jalannya. Shabat-shahabat beliau adalah ssebaik-baik umat dan yang paling utama. Merupakan kewaajiban kita untuk berprasangka baik terhadap mereka dan meyakinii ‘adalah (kelurusan) mereka. Mereka adalah umatterbaik setelah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para pengemban Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. maka merupakan kewajiban untuk berjalan diatas jalan mereka seta memohon keridhaan Allah untuk mereka semuanya. Harus diyakini pula bahwa mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling utama setelah para nabi. Sebagaimana telah tetap daalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para shahabat,pent) kemudian yang datang sesudahnya

Serta hadits-hadits lain yang menunjukkan pada makna itu. Para shahabat adalah manusia terbaik sesudah para nabi dan paling utama. Keutamaan mereka bertingkat-tingkat, yang paling utama adalah khulafa’ ar-rasyidin kemudian yang lainnya, bergantung pada amal perbuatan dan keutamaan mereka.

Maka merupakan kewajiban kita untuk mencurahkan perhatian terhadap asas ini dan mengaja manusia kepada tauhid dan engikhlaskan ibadah kepada Allah. Tidak boleh bersikap ghuluw (melampaui batas) terhadap kuburan, para nabi dan para wali. Tidak boleh menyembah mereka bersamaan dengan menyembah Allah. Tidak boleh pula kita palingkan ibadah kita berupa do’a, rasa takut dan harapan serta ibadah-ibadah lainnya kepada mereka.

Demikian pula merupakan kewajiban para penuntut ilmu agama dan seorang pemimpin untuk mengagungkan perintah dan larangan Allah. Rasa taku kepada Allah harus kokoh dalam hatinya ditas segala-galanya. Hendaklah dia tidak menggubris apa yang disebarkan oleh para penentang al-haq dan pendukungnya, sebagai wujud keyakinannya kepada Allah dan pembenaran terhadap janji Allah kepada RasulNya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ssegenap para rasul. Sebagaimana firman Allah.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُم مِّنْ أَرْضِنَآ أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ . وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ اْلأَرْضَ مِن بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِى وَخَافَ وَعِيدِ

Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka:”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”.Maka Rabb mewahyukan kepada mereka:”Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kamu dinegeri-negeri itu sesudah mereka.Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku”. [Ibrahim : 13-14]

Maka seorang penuntut ilmu agama, seorang alim yang mengarahkan umat dan seorang pemimpin yang memiliki pandangan yang benar, tidak akan menghiraukan penyebaran berita-berita untuk menakut-nakuti yang dilakukan oleh para penyembah kuburan, ahli khurafat, dan setiap orang yang memusuhi Islam dari golongan manapun. Akan tetapi ia harus menghadapi medan ini dan bersabar serta menggantungkan hatinya kepada Allah. Ia hanya takut kepada Allah dan mengharap pertolonganNya. Karena Dialah Penolong dan Pembela. Allah telah menjanjikan pertolongan bagi siapa yang menolong agamaNya. Allah berfirman.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. [Muhammad : 7]

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. [Ar-Ruum : 47]

Akan tetapi dengan syarat berpegang teguh pada agama Allah, beriman kepadaNya dan kepada RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta istiqamah diatas agama Allah. Inilah sebab dan syarat pertolongan Allah kepada kita. Sebagaimana firman Allah,

وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ . الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar [Al-Hajj 40-41]

وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا َ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. [An-Nuur : 55]

Ini adalah janji Allah k bagi orang-orang yang istiqamah diatas iman, petunjuk dan amal shalih bahwa Dia akan menjadikannya berkuasa di muka bumi dan meneguhkan agamanya, memberikan rasa aman serta melindunginya dari kejahatan dan tipu daya musuh-musuhnya serta menolongnya untuk mengalahkan mereka.

Dan termasuk mewujudkan persaksian bahwa muhammad rasul Allah adalah menghormati sunnahnya, mengajak manusia kepadanya, menerapkan tujuan-tujuan sunnahnya dan memperingatkan manusia agar wasspada dari sikap menyelisihi.

Demikian pula menafsirkan Al-Qur’an dengan sunnahnya dalam hal-hal yang kurang jelas baginya ditafsirkan dan dijelaskan dengan sunnah. Karena sunnah menjelaskan, menerangkan dan menunjukkan makna Al-Qur’an. Allah Azza wa Jalla berfirman.

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan, [An-Nahl : 44]

Asas ini harus menjadi titik tolak bagi da’i yang mukhlis (orang ikhlas) dan orang-orang yang berupaya mengadakan perbaikan di muka bumi serta memimpin manusia, membawa mereka ke tepi perdamaian dan bahtera keselamatan.

Upaya perbaikan hendaklah terfokus pada faktor yang paling besar ini yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah semata, beriman kepada RasulNya, mengagungkan perintah dan laranganNya dengan mengikuti syari’atNya dan waspada terhadap penyelisihan-penyelisihan ajaran-ajaranNya. Kemudian setelah itu baru mengalihkan perhatian kepada faktor-faktor lainnya yang merupakan peunjang bagi faktor yang paling mendasar ini. Yaitu dengan mengajak manusia untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla berupa sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lain, mencegah mereka dari hal-hal yang diharamkan Allah berupa kesyirikan atau yang dibawahnya yang mencakup segala bentuk kejahatan dan kemaksiatan; berupaya mengadakan perbaikan diatara manusia dengan amar ma’ruf nahi mungkar, berdakwah kejalan Allah dan berupaya mendamaikan antara dua orang yangg berselisih dan lain sebagainya.

Dengan demikian ia berupaya mengerahkan segala kemampuannya yang dimilikinya untuk menegakkan perintah Allah di bumi Allah, meninggalkan larangan-laranganNya, berhenti pada batasan-batasanNya dan mengingatkan manusia agar waspada terhadap bid’ah yang telah dilarang dalam agama ini. Beginilah semestinya seorang pembaharu yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla.

Ia menempuh setiap upaya perbaikan dengan tetap memperhatikan asas yang kokoh yaitu mewujudkan persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan Muhammad itu rasul (utusan) Allah dalam bentuk ilmu dan amalan. Ia mengajarkan kepada umat dan mengamalkan dalam dirinya, ia mentauhidkan Allah beribadah hanya kepada Allah, tunduk kepada syari’atNya dengan melaksanakan apa yang dibawa Muhammad n , menerima dan mengagungkan sunnah beliau sebagaimana para shahabat. Ia berjalan diatas manhaj sunnah tuntunannya beserta kitab Allah seperti yang dijalankan oleh para shahabat. Karena ilmu para shahabat semuanya bersumber dari kitabullah dan sunnah Rasulullah. Mereka tidak memiliki kitrab-kitab lain. Kitab-kitab itu datang setelah mereka.

Perjalanan hidup para shahabat bersumber dari curahan dan siraman Al-Qur’an yang mulia. Mereka membaca, merenungi kandungan dengan maksud yang baik yaitu untuk menimba ilmu dan mengamalkannya. Demikian pula terhadap sunnah Rasulullah mereka mempelajari dan menghapalnya; dari sanalah mereka mengambil ilmu dan amal.

Begitulah para shahabat dan tabi’in yang mengikuti dengan baik, sebelum ditulis karya-karya ilmiyah dalam hadits lainnya. Dan posisikanlah dirimu seolah-olah engkau bersama mereka, ambillah ilmu dari kitab RabbMu, sunnah RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ucapan para ulama’ yang dapat membantumu dalam memahami sunnah. Jadilah seorang yang giat untuk meraih ilmu dan fiqh dalam agama ini hingga engkau mampu mengarahkan masyarakat kepada jalan yang lurus serta membawa mereka kepada keselamatan.

Agar engkau mengetahuii bagaimana harus berbuat, maka mulailah dari dirimu, bersungguh-sungguh dalam memperbaiki jalan hidupmu, berlomba dalam berbuat baik. Engkau bersama orang yang pertama dalam mengerjakan sholat. Bersama orang yang pertama dalam mengerjakan semua kebaikan dan menjadi orang yang paling jauh dari setiap kejelekan. Upayakanlah menerapkan kitabullah dan sunnah Rasulullah dalam perbuatan dan perkataanmu bersama teman-teman, saudara-saudaramu dan penolong-penolongmu.

Begitulah semestinya seorang mukmin berbuat, karena demikian perlakuan para shahabat, para tabi’in, para pengikut tabi’in dan para muslihin yang terus berupaya mengobatii umat serta para imam-imam yang mengikuti petunjuk.

Mereka mempelajari kitabullah, mengamalkan kandungannya, membacakannya kepada manusia, mengajarkan dan membimbing mereka kepada makna-maknanya. Mengajarkan sunnah Rasul dan menganjurkan mereka berpegang teguh padanya dan agar memahaminya, mewasiatkan mereka untuk menghormati dan mengagungkan perintah-perintah dan larangan-larangan serta berhenti pada batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semua itu mereka lakukan pada masa hidup mereka yang begitu cepat.

Setiap faktor yang menunjang perbaikan menuntut keikhlasan serta sikap jujur dan benar. Maka dakwah kepada Allah dan memerlukan keikhlasan dan kejujuran serta penjelasan akan makna LAAILAHA ILLALLAH yait tidaak ada sesembahan yang sebenarnya kecuali Allah. Dan merupakan kewajiban mewaspadai segala bentuk kesyirikan kecil dan besar serta memperingati manusia akan bahayanya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah n dan para shahabatnya Radhiyallahu ‘anhum, dengan mempelajari Al-Qur’an akan jelas makna tersebut.

Demikian pula “Sunnah” harus dimuliakan dan diajak padaanya setelah beriman bahwasanya Muhammad rasul (utusan) Allah, dan merupakan kewajiban untuk mengikutinya. Allah telah mengutus beliau kepada semua manusia, arab dan bukan arab, kepada jin dan manusia, laki dan perempuan.

Maka wajib bagi seluruh penduduk bumi untuk mengikutinya, sebagaimana firman Allah.

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِ وَيُمِيتُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Katakanlah:”Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. [Al-A’raf : 158]

Pada ayat sebelumnya Allah berfirman.

فَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Al-A’raf : 157]

Maka barangsiapa yang mengikuti dan mengagungkan perintah dan larangannya, dialah orang yang beruntuh. Dan barangsiapa yang menyimpang darinya lalu mengikuti hawa nafsu dan syaitan, dialah orang yang merugi dan binasa. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Upaya-upaya untuk sebuah perbaikan banyak dan bermacam, bergantung pada sasaran dakwah yang dituju dan larangan yang dicegah. Dengan demikian anda dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam memilih upaya atau faktor apa yang harus anda lakukan. Tentunya upaya syar’I yang sesuai dengan syari’at Allah yang telah diketahui dasarnya dan telah anda ketahui sumbernya dari kitab Allah dan sunnah Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian anda mengajak manusia kepada agama Allah, kepada kwajiban-kewajiban yang diwajibkanNya dan meninggalkan larangan-larangan diharamkanNya. Anda lakukan itu diatas jalan atau cara yeng telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(Ketahuilah-pent) bahwa faktor-faktor untuk memperbaiki masyarakat dan jenis masyarakatpun berbeda-beda. Masyarakat yang memerangi agama Allah dan tidak memiliki pemimimpin yang menolongmu dalam upaya perbaikan dan pengarahan, maka lakukakanlah seperti yang dilakukan oleh Raasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Makkah. (pada masyarakat seperti ini) engkau harus mengajak manusia kepada Allah dengan cara terbaik, kata-kata yang lembut sehingga perkataanmu merasuk kedalam hati hati-hati manusia lalu membekass padanya. Dengan deemikian hati-hati akan tertarik untuk taat kepada Allah dan mentauhidkanNya.

Bekerjasamalah dengan kawan-kawanmu dan orang-orang yang berjalan diatas manhajmu dalam dakwah dan bimbingan manusia. Lakukanlah dengan cara penuh lemah lembut pada masyarakat yang boleh didatangi, hingga tertancaplah iman dalam hati mereka dan tersebar di tengah-tengah mereka dengan dalil-dalil yang jelas.

Adapun pada msyarakat Islam yang memiliki pemimpin Islam yang membantumu, engkau perbanyak aktifitasmu dalam amar ma’ruf dan nahi mungkar, menghubungi pihak yang berwajib jika terdapat pembangkang dan dihawatirkan dampaknya pada masyarakat.

Bersamaan dengan itu hendaknya engkau tetap menempuh jalan yang lurus dengan penuh kelembutan, hikmah dan kesabaran. Sebagaimana firman Allah.

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. [Al-‘Ashr : 1-3]

Kesabaran merupakan keharusan, demikian pula nasehat-menasehati dalam kebenaran dan berdakwah kepadanya hingga engkau sukses dalam tugasmu.

Samahalnya dengan para penanggung jawab atau pejabat dan pembesar yang dikhawatirkan sikap jelek mereka terhadap dakwah, hendaknya mereka dinasehati dengan cara terbaik dan diarahkan. Demikian pula tokoh-tokoh masyarkat dan para pemukanya serta para pemimpin mereka hendaknya didakwahi dengan cara terbaik melalui surat atau melalui lisan. Sebagaimana firman Allah.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. [Ali Imran 159]

Dan firman Allah kepada Musa dan Harun tatkala diutus kepada Fir’aun.

فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut”. [Thoha : 44]

Merupakan kewajiban bagi para muslihin dan da’i untuk menempuh jalan ini dan brupaya mencari jalan penyelesaian problematika umat dengan cara hikmah dan peringatan yang baik serta berbicara kepada setiap orang yang sesuai dengan mereka. Dengan demikian mereka akan berhasil dan mencapai tujuan.

Bagi para da’i yang mengajak kepada Allah dan ingin mewujudkan sebuah perbaikan hendaknya memperhatikan dua faktor berikut ini, selain yang disebutkan diatas.

1. Saling nasehat-menasehati dan wasiat-mewasiati kepada kebenaran terhadap temannya, para tokoh dan para pemuka masyarakat.
2. Sikap sabar terhadap kemungkinan dia disakiti oleh orang-orang tertentu atau yang lainnya.

Semua ini dilakukan sebagai wujud pengamalan kandungan surat Al-‘Ashryang telah disebutkan diatas dan meneladani para rasul –alaihimus shalatu was salam-. Sbagaimana firman Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada akhir surat Al-Ahqaf, surat Makkiyah (diturunkan sebelum hijrah ke Madinah).

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلاَتَسْتَعْجِل لَّهُمْ

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. [Al-Ahqaaf 35]

Allah berfirman dalam surat Ali Imran, surat Madaniyah (surat yang diturunkan setelah hijrah ke Madinah).

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًىكَثِيرًا وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [Ali Imran 186]

Dan ketika melarang menjadikan orang-orang musyrik sebagai teman kepercayaan, Allah berfirman.

وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطُُ

Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. [Ali Imran 120]

Pada akhir surat AN-Nahl (surat yang diturunkan setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah).

وَاصْبِرْ وَمَاصَبْرُكَ إِلاَّبِاللهِ وَلاَتَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَتَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ . إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. [An-Nahl 127-128]

Dan ayat-ayat Al-Qur’an yang semakna dengan ayat-ayat ini banyak sekali.
Setiap orang yang menempuh jalan para rasul diantara para da’I dan orang-orang yang mengupayakan perbaikan, pasti ia berhasil dalam dakwahnya, meraih akibat (balasan) yang terpuji dan kemenangan atas musuh-musuhNya.
Barangsiapa yang mendalami dan mempelajari berita-berita dan perjalanan hidup tokoh-tokoh islah (yang mengupayakan perbaikan) pasti akan mengetahui dan melihat realitanya.

Akhirnya Aku memohon kepada Allah dengan nama-namaNya yang terbaik dan sifat-sifat yang mulia agar memperbaiki kondisi kaum muslimin, menganugerahkan pemahaman terhadap agama, memberi taufiq kepada pemimpin mereka untuk berbuat setiap kebaikan, memperbaiki para penasehat atau pembantu mereka dan melindungi kaum muslimin dimanapun mereka berada dari segala fitnah yang menyesatkan dan ketaatan pada hawa nafsu dan syaitan. Sesungguhnya Maha Kuasa untuk melakukannya.

و صلى الله و سلم على نبينا محمد و آله و صحبه

Diterjemahkan dari Majalah “As-salafiyah” edisi 4 tahun 1419-1420 H, halaman 13-17 dengan judul asli عوامل إصلاح المجتمع
Oleh Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz t . penerjemah Mubarak Bamualim (Ma’had Al-Irsyad – Surabaya)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun VII/1424H/2003. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/2142-upaya-perbaikan-umat.html